sebagaimana kautahu jawabnya

rintik-rintik nan jernih
jatuh meresap ke lantai bumi
rindu bicara
hingga saatnya
kita tak bertanya lagi
tentang segala rahsia nanti
sebagaimana kautahu jawabnya
dalam mimpi yang mengembun dinihari
suatu ketika
di mana kekosongan meraja
ketika tatap tinggal hampa
tiada tanya lagi
tiada..
sebagaimana kautahu jawabnya



coretan tanpa judul

beranjak malam semakin mendekati pagi, nun di ufuk aurora masih lincah menari, di luar jendela dedaun menunduk, berat dek balutan embun.

bergemerlap bintang timur, semakin hilang dari pandangan, mata menatap waktu, jejari mencumbui angka, larut dalam malam.

Tanah berbara api.

Di sana tempat diam para anbiya
tempat yang terlukis ketampanan Yusuf
keberanian Harun
dan kekuatan Musa
sebuah kisah yang tertulis
pedoman dan tauladan

Di sana tempat diam para anbiya
kembali dijerut merah api
kian dijamah tanah berbara api
nubari hati marhaen
tersedak, tersesak dan terdesak
menjalar membakar hati

Tiada yang bisa menghalangi
sekalipun itu penguasa yang berkuasa
pasti akan runtuh dan mati
ah, sebelum maruah jadi debu
kupasung dulu sebuah kota
buat pertahan kata, kota kata seorang insan

--->ibnuamar<---

terkunci langkah.

adakah mungkin ini waktunya
langit tengkujuh berdesir
dalam amukan ribut dan petir
memanah dahan membakar pohon
lantas tumbang
malam kembali kelam

di tatap bisu
ada pandangan terpanah
terkunci langkah
ada suara sendu kesejukan
dalam gigil kebasahan
meratapi suratan
--->ibnu@mar<---

sedekit tak kurang.

sedikit tak kurang di lentik senyummu
hati bergolak menahan rasa
mencari nilai harga sedetik masa yang berlalu

sering kali kita mengingkari hati
sedalam tak terukur kita membodohi diri sendiri
sedekat kuberlari mendekti
secepat getarku kembali merafak sembah di hatimu

sesungguhnya aku takut untuk bicara
tentang perasaan hati yang memberontak
mencari kedamaian hati dalam jiwa
jiwa ini tak pernah sabar untuk bersatu
ke dalam dirimu, menyatu tak terpisahkan
dan kurasa ini suratan takdir kita

ingin kutuliskan pertemuan kita
dengan bahasa yang paling sederhana
tapi ternyata kata-kata
lebih rumit daripada perasaan kita

--->ibnuamar<---

Ruang hati.

Saat aku bersua dengan siluet jiwamu
hatiku bergetar membelah rasa
mengumpulkan atom-atom yang bermuatan listrik

Ion positif dan negatif tarik-menarik
melahirkan atom tersusun dari netron
yang muatannya netral, proton yang positif
dan elektron yang negatif
jadilah resminya cinta kita

Ruang hati kita bersentuhan
dengan pertolongan modem atau jaringan
kulayari tiap capaian internet
yang tak terhingga gigabyte
tiap muat turun dan naik yang tak terhitung

Akhirnya kutemui data penyimpanan rangkaian terpadu hatimu
tepat saat jarum panjang dan pendek
saling bercumbu 
--->ibnu@mar<---

Selamat Hari Lahir Untukmu.

Jika kata yang terucap
Dari bibir ini kedengaran kasar
Maka lembutkanlah dengan senyumanmu

Hari ulang tahun kelahiranmu kali ini
Menanarkan pandang indah masa lampau
Yang dulu keras menyapa
Yang kini lembut dibelai masa

Helai-helai yang memudar putih
Kauubah menjadi indah
Dalam bayang jajar lilin yang enggan terbilang
Kusajikan dengan semanis rindu

Di atas lembaran kertas berwarna
Berhias bunga-bunga asmara
Dengan senyum kutulis sebait berjuta rasa
Sebagai ucapan tulus apa adanya

Kuikatkan harapan pada bungkusan doa
Semoga sihat dan panjang umur
Tak lupa kuselipkan ucapan pula
Untukmu yang dihatiku teristimewa
Selamat hari lahir untukmu
 --->ibnu@mar<---
 

coretan tanpa judul

sekali lagi terbuka lembaran
cerita lama dalam nafas baru
ketika tengkujuh beralih musim
dan langit melukis warna
corat coret semusim perjalanan

sebuah puisi cinta tertulis
dalam lembaran dua hati
tintanya mengalir di segenap denyut nadi
dan huruf-hurufnya tersusun
menjadi kalimah cinta agung


--->ibnu@mar<---

biar cinta berbicara.

kemarilah duduk di sini
menyeduh perjalanan yang tak bermusim
berdiamlah
biarkan cinta yang berbicara
dalam cengkerama sejenak

bukan kata atau suara
ini tentang damba belum terasa
mencari muara
rindu dendam terpasung
hati luluh

curiga selalu saja meresap di udara
hilang kata mengasuh dendam
terus diam
memercik mimpi rindu
dari sepasang mata yang basah


--->ibnu@mar<---


Bacalah.

Awal agama mengenal Allah
awal membaca mengenal huruf
demikianlah sinonimnya permulaan integrasi
antara syariat dan akidah
membentuk peribadi Muslim sejati
berlandaskan al-Quran dan sunah

Wahyu pertama Rasulullah


seruan Iqra' yang bermaksud bacalah
di sinilah bermulanya kembara manusia
merentasi ilmu al-Quran dalam sirah
ketamadunan Islam sejak dahulu, kini dan selamanya

Bismillah
bacalah walau sepotong ayat
baca dengan penuh perhatian
dan memahami ayat-ayat yang dibacakan
baca dengan tadabbur dan menangis
memperlahankan suara apabila sampai pada ayat
yang menyentuh mengenai sifat Allah

--->ibnu@mar<---

tertunduk wajah.

tertunduk wajah
nurani mencengkam
terdiam
membisu hanyalah nafsu
yang selau datang menguasaiku

tertunduk wajah
yang malu mengutuk
mengintip ke dalam selimut sendiri
sayatan lidah menggoncangkan asa
siapakah menikam rindu pada wajah tertunduk sendu?

-->ibnu@mar<--

Malam ini

Malam ini
sepertinya hujan masih mencumbui bumi
begitu rakus cumbuan hujan
berselang halilintar bercahaya membelah angkasa
temani resah jiwa yang gundah
kala soneta terlalu panjang
harus didendang bersama hujan

Malam ini
hujan pun akan terbiasa turun dan turun kembali
beriring sepi disela curahan yang menyirami gelisah
memberi erti sebentuk kerinduan dari kejauhan
tapi ternyata mimpi masih tak mampu kita hindarkan
mimpi yang seperti biasa
menjengah dalam diam

Malam ini
sebuah harapan resah dari geliat rembulan
dalam samar hujan
masih setia menemani malam
kusiramkan secangkir Matsnawi untuk menghilang resah
kerana coretan kata ini
tercipta jua sebuah kerinduan


--->ibnu@mar<---

detik-detik berganti..


biarkan aku terlena sejenak
semerbak warna alam terindah
yang pernah terlintas
membawa pandang mata helang
ke kaki-kaki bumi
sejurus hijau dan biru
membius landskap nan menawan
menggeliat perlahan
terbangun dari tidur semalam


siapa yang tidak jatuh cinta?

indah tak terlukiskan menawan kalbu
serumpun awan mengapung di garis batas
tampak melayang rendah
mengiringi wangi pagi
yang mengulum irama cinta
para pengembara
bergaris cahaya di batas horizon
kuning, merah, jingga, hitam, biru, hijau dan putih
memadu dalam nuansa mutiara manikam
melebur lalu berkepak terbang sendiri-sendiri

detik-detik berganti
dalam alur perubahan warna
yang mengagumkan
mengiring mentari tercantik
yang senyum terkulum menyapa semesta


--->ibnu@mar<---
Protected by Copyscape Web Plagiarism Check